Kamis, 19 Januari 2012

set adrift on memory bliss

Aku seperti lupa, berapa lama kita tak jumpa, seperti sudah selamanya. Selamanya sudah berlalu, tinggal aku menatapmu di kejauhan, stelan jas formal membungkus rapi tubuh rampingmu. Aku sampai lupa kalau kamu lebih tinggi dari aku, tujuh senti kurang lebih. Banyak yang sudah kulupakan tentang kamu, aku lebih tertarik untuk mengenal kamu yang sekarang ini ada di hadapanku. Kamu yang sekarang.

Barangkali agak menyenangkan juga, kita berdua sama-sama terjebak di pulau Dewata untuk menghadiri simposium kerja profesional kita. Tapi, aku cuma asisten di sini dan kamu, apa ya kamu, petugas keamanan mungkin? Kamu pasti akan mengulang kata 'petugas keamanan' dengan kata-kata yang santai dan penuh canda. Aku selalu suka cara bercandamu yang itu. Cara bercandamu yang membuatku tersipu.

Dan malam tiba, aku tahu kamu pasti tidak tahan untuk tidak mendekatiku. Kamu memang cukup agresif, dan ingatanmu yang kuat tentu belum melupakan kisah cinta seumur jagung kita waktu sekolah dulu. Lihat dirimu, senyum lebar penuh percaya diri, androgini yang anggun, berambut panjang, sedikit mengembang bekas di sasak sana-sini, kulit kering karena rajin mandi air hangat, rambut agak rusak karena banyak dimodif untuk pesta, tapi senyummu tetap tak berubah. Dan yang paling kusuka adalah senyummu.

Bertemu denganku hanyalah alasan kedua kamu di sini, seperti juga alasanku karena aku tidak tahu kalau akan bertemu kamu di sini. Semuanya terasa asing, kamu seperti makhluk baru bagiku, bukan karena kamu jauh berubah. Aku seperti lupa kamu pernah ada di hidupku. Rasanya sudah lama sekali padahal aku baru mau menginjak 28 tahun. Tidak selama itu, bukan? Aku tidak keberatan, aku masih menyukaimu di pandangan pertama, apalagi kamu memberi bonus senyum manis yang tak terjadi di pertemuan kita pertama dulu. Begitu menyenangkan sampai aku lupa cincin yang mengikat jari manismu. Apa itu dosa yang paling manis? Dosa yang tercatat dengan jari manismukah? Aku mabuk kepayang, aku lupa daratan. Aku lupa ada cinta yang seperti ini dan dalam seminggu semua akan berakhir seperti kisah cinta yang sedih di film drama, aku menangis sendiri sementara kamu memeluk orang lain dan aku hanyalah teman kencan seminggumu di pulau Dewata. Aku tak keberatan, bukankah orang mabuk selalu nyeri kepala setelahnya? Dan itu tidak menghentikan mereka untuk mabuk lagi.

Kita berjalan berhimpitan, kurangkulkan lenganku pada pinggangmu, mencubit gemas sedikit lemak yang bersembunyi di sana. Seminyak, Kuta, Padang-Padang, Benoa, duh terus mana lagi ya? Aku tak peduli latar belakangnya mana, yang penting aku bersamamu. Pelan-pelan melangkahi hari demi hari hingga saat mimpi sedih tiba. Hari terakhir dan senyummu masih sama, tidakkah ada sebersit kesedihan tersirat di hatimu? Mungkin aku tak perlu mengharap demikian, selepas ini kamu punya kekasih lain untuk memelukmu. Sedang aku terbangun dari mimpi sedih mengenang kebersamaan kita. Demikian cinta menjadi begitu memabukkan, memisahkan hati dari logika, selalu begitu kalau tentang kamu.

Dan aku terbangun dari mimpi sedih itu ini malam.


~inspirasi: patah hatinya boneng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar