Selasa, 25 Oktober 2011

..its a slowly ride, the midnight train...

Bisa dibilang, aku suka perjalanan di atas kereta. Meski mabuk perjalanan begitu menyiksa. Pergerakan kereta yang bergoyang kanan-kiri begitu lamban. Labirin dan adaptasi. Waktu. Teori ingatan, pengalaman baru dan habituasi. Otakku bilang aku sudah berkali-kali naik kereta. Tubuhku bilang ini pengalaman baru. Pertanda aku begitu rindu kereta?

Ingatanku selalu lekat pada kereta Rajawali, jalur Surabaya-Semarang. Perjalanan yang berakhir pada stasiun yang beberapa kilometer sebelumnya muncul bau tak sedap, seakan pertanda stasiun tujuan akan tiba. Rajawali juga melayani Semarang-Surabaya. Setidaknya dalam setahun atau lebih aku mengakrabinya.

Begitu tenang, perjalanan seorang diri dalam kereta yang meski eksekutif tetap terlambat jadwal kedatangannya. Perjalanan yang sepi dan aku larut dalam scene yang berganti-ganti di bingkai jendela kereta. Wajah-wajah asing yang letih selepas bekerja, berbarisan di balik palang pintu kereta. Bunyi-bunyi yang sama, ada lenguh, rintih, lengking, perempuan. Semua seperti samar, tapi aku lebih ingat perjalanan dan kereta daripada wajah perempuan yang membuatku menempuhi ratusan kilometer ini. Kamu tahu apa yang terjadi bila kamu lebih ingat scene kereta daripada perempuanmu? Yang terberat cumalah perpisahan. Tapi aku harus kembali ke kotaku dengan kereta. Kini, perempuan itu sama sekali terlupa. Entah karena aku sekarang tidak mencintainya atau karena aku memang kurang mencintainya. Kereta menenangkanku, dengan pergerakan ke kanan-kirinya yang lamban, setelah tangisan berjam-jam di atasnya. Tangisan perpisahan dan hatiku begitu berdarah. Orang asing disebelah yang kebingungan melihat seorang perempuan berurai airmata dan tak henti memandang jendela. Kamu tahu apa jadinya bila kamu lebih ingat scene kereta daripada perempuanmu? Dalam waktu seminggu saja kamu juga akan dilupakannya, ia memeluk perempuan lain, bercanda dan bercinta. Sementara kamu tak bisa bercinta dengan kereta. Beku di kaca-kaca kenangan.

Tapi dari perjalanan dengan kereta, kamu bisa temukan perempuan yang tak membandingkan cintamu padanya dengan cintamu pada scene, perjalanan dan kereta. Malahan, perempuan itu menemanimu sepanjang perjalanan, tidak mengganggu waktu 'ingin diam dan memandang jendela'mu. Dia menemanimu ngobrol saat kamu ingin, dia membiarkanmu melamun, menghamblurkan pikiran di luar jendela-jendela kereta. Dari perjalanan dengan kereta kamu temukan teman yang mengasyikkan, yang memberimu sandaran kepala saat kamu tertidur di perjalanannya. Dari perjalanan kereta kamu temukan kekasih yang setia dan pengertian. Yang membuat jarak Jogja-Surabaya tak berarti, begitupun jarak sebaliknya.


-untuk: Hening Swara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar