Jumat, 17 Mei 2013

Kepada: Rasa Antah Berantah yang Menyerangku Hari Ini

Bingung harus menulis apa. Kata Erna kalau aku galau itu berarti aku kebanyakan pikiran.

Pikiran apa? Itu tak berhasil kuurai sampai malam ini. Jadi aku melamun, ditemani lagu-lagu yang tak pernah menjadi pilihan favorit di play list.

Aku payah untuk beberapa hal. Beberapa hal itu termasuk memahami keinginanku. Lebih sering aku memendam dan menjauhi keinginan, sebab aku ingin menjadi rasional. Menjadi perempuan yang tak menuruti hormon saja.

Mengirimkan sejumlah data ke bawah sadarku dan itu masih tak membuatku tenang. Ada apa denganku, Tuhan?

I miss Bu Diah a lot. Bukan rindu yang terlarang, aku tiba-tiba rindu pada kebebasan yang ditawarkan Bu Diah dan Hyan. Saat aku benar-benar tahu apa yang kuinginkan, dan apa yang kuinginkan tak mungkin bisa kudapatkan. Setidaknya aku tahu apa yang kuinginkan.

Mungkin di satu pihak aku merasa ternyata hidupku ini membosankan. Naik-turun pada roda yang sama. Ingin melompat pada perputaran lain tanpa mempengaruhi roda yang saat ini kujalani.

Aku beralih pada facebook orang lama, yang menawarkan cerita masa lalu yang tidak ada hubungannya sama sekali denganku. Ceritanya runut, tidak menarik tapi menyenangkan. Aku orang yang menghargai kenangan meski menolak larut di dalamnya. Elang terbang sendiri. Mereka yang terbang sendiri terlihat berkilau malam ini. Bukan orang yang hidup sendiri, tapi yang hidupnya berputar menjauhi diriku. Menceritakan hidupnya tanpa ada aku di dalamnya. Serasa duduk bersama orang asing lalu ia bercerita tentang hal yang tak kutahu asal-muasalnya dan aku mendengarkannya bukan karena itu menarik, hanya itu sesuatu yang baru bagiku, yang memberikan pengajaran entah apa yang penting kusimpan saja. Lalu ia pergi dan kami takkan ingat satu sama lain lagi.

Orang asing sering memberi ketenangan yang aneh untuk duka dalam diriku. Tanpa perlu meninggalkan sisa dupa. Ia tak perlu mengerti atau pura-pura memahamiku, dan aku cuma perlu diam. Beruntung lagi kalau ia tipe yang hanya ingin didengar, tanpa bertanya apa-apa padaku dan aku cuma menawarkan senyum. Senyum yang kutahu tak mampu mengobati perih hatinya kalau ia membawa luka.

Saat-saat ini adalah saat di mana aku merasa hidupku seperti kegaduhan di ruang gawat darurat, dan aku adalah pasien yang berusaha membunuh diri sendiri. Banyak orang yang tak kukenal membantuku mempertahankan hidup sementara mereka yang kucinta malah menjadi alasan utama kenapa aku harus ditolong.

Tidak, bukan berarti malam ini aku sedang merasa tidak enak pada orang-orang tercinta. Hanya sebuah perumpamaan saja, tolong jangan dianalogkan secara keterlaluan.

Bu Diah menjawab message ku dan tiba-tiba aku kepingin nangis.

Tuhan.

Aku merasa tidak bisa bernafas untuk sepuluh detik.

Masih aku tak bisa mengurai rasa apa ini yang menghantuiku hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar