Minggu, 07 November 2010

malam ini sebelum gerimis tiba


Hari ini, sewaktu di warnet ma kemprul, tiba-tiba tersentil pertanyaan usil di kepalaku tentang apa sebenarnya alasan putus si a dan si b. Mungkin karena pagi tadi (dan seringkali) kulihat status si a sedang mellow. Iseng, kukunjungi webnya. Dan kemprul menunjuk satu tag bertulis nama si b. Setelah kami membaca artikel itu, aku dan kemprul saling berpandangan, membayangkan betapa sakitnya si a dan betapa "sakit"-nya dia. Diam-diam aku menghujat juga si b dalam hati, atas "kejujuran"-nya, kejujuran yang dia maknakan sebagai kata kerja bukan kata sifat. Sialan sekali, orang seperti inilah yang membuat kejujuran menjadi serupa dengan ketidaktegasan. Sialan, ini namanya tidak tegas !

Diancuk emang.

Kemprul penasaran seperti apa si b itu, sedangkan aku tiba-tiba malas untuk liat muka si b jumat nanti. Muka orang tidak tegas adalah muka orang yang menyebalkan (bagiku, sih). Dulu waktu aku bolak-balik ketemu dengan si a yang masih dengan si b, aku bisa tersenyum sendiri, i think theyre a perfect couple. Aku masih ingat suatu waktu aku duduk tepat di samping si b dan si b bergerak gelisah di sampingku, menjaga jarak (aku juga merasa aneh, menjaga jarak untuk apa ?). Kupikir dia cuma salah seorang yang jilbabfobi, jadi aku memasang wajah acuh saja (padahal aku datang ma mantan pacar yang waktu itu masih jadi pacarku) so bodo amat ma orang lain (orang aku jomblo aja masang tampang cuek ma orang baru apalagi lagi punya bojo). Hanya saja meski aku terkesan cuek, aku biasa "menghafal" wajah-wajah temen-temen belok yang sebaya/lebih tua dan andro/nl. Otomatis saja karena mereka-mereka adalah love interestku (kalo usia lebih muda/fem/butch sudah pasti sekedar lewat mukanya, ketemu ribuan kali pun kagak akan apal). Jadi, wajah si a dan si b yang sama-sama andro otomatis nempel begitu aja di kepalaku (lagian mantan tau mereka) dan meski bolak-balik ketemu mereka gak tau aku (mungkin karena aku sombong en kagak peduli, padahal yo nek wes kenal biasa ae en jayus).

Sama seperti yang teman-teman kira (dan sayangkan) bahwa aku dan mantan adalah a perfect couple (yang akhirnya bubar dengan tidak baik-baik) karena aku tak bisa se"sakit" a. Im not that "sick".

Ada satu sms yang dikirim kemarin di hpku tentang hari jumat nanti, yang membuatku ingin membalas dengan "tidak bersedia". Aku tahu karena "sakit"-nya si a maka dia pasti akan menghimbauku untuk berbaik-baik saja, well, aku bukan orang sebaik-baik saja itu. Aneh rasanya bisa marah kayak gini menghadapi si a yang baru kukenal dan si b yang cuma kutahu mukanya aja, tapi sebenarnya yang kusayangkan adalah dalam cerita artikel itu kenapa kejujuran menjadi begitu dekat dengan ketidaktegasan dan justru menghancurkan segalanya. Seharusnya the truths set one free, kejujuran itu membebaskan bukan menjadi belenggu. Seharusnya orang yang tidakjujurlah yang terbelenggu. Begitu sialnya artikel itu menghantuiku, meski aku pasti tidur pulas malam ini. Persetan. Aku punya jadwal kuliah untuk besok pagi, takkan kubiarkan orang tidak penting macam si b mengganggu jam istirahatku seperti apa yang dilakukannya pada si a.

Untuk si a, bersyukurlah, dia tidak pantas untukmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar