Jumat, 17 Desember 2010

desember kedua


Beberapa hari ini, begitu rindu dengan Aya' dan masa-masa indah dulu. Desember kedua.

Sebagian diriku akan selalu mencintai Aya'. Aku berlapang dada dengan semua itu. Apapun yang terjadi di garis akhir percintaan kami, sebagian darinya akan selalu kubawa di perjalanan seumur hidupku.

Itulah kenapa bagiku begitu logis merindukannya. Aku begitu mencintainya sebelum dia tercerabut paksa dan menceraikan seluruh pertemanan. Satu ruang besar yang penuh sesak olehnya sebelumnya, tiba-tiba hampa setelah mampatnya.

Akan selalu ada rasa rindu untuk kembali menyusup dalam pelukannya. Akan selalu ada waktu untuk menyisir kembali ke pantai-pantai kenangan itu.

Tapi di saat yang sama, aku merasa saat ini, sampai pertengahan Desember ini, adalah saat-saat terbaikku. Di mana aku terpaksa belajar banyak, formal maupun non-formal. Ada begitu banyak yang kulakukan yang bisa membuatku menepuk dada bangga, bahwa aku bisa menghidupi kesendirianku dengan banyak hal berguna. Mulai keputusanku untuk kembali menolak Xapi karena dia sudah punya Ven, I don't want to take her just to have somebody by my side, lalu meneruskan sekolah, mencoba mengirimkan tulisan ke Sepocikopi dan dimuat, mengirimkan tulisan ke Herstory meski tak juara, lalu di detik ini aku mencoba mengawali hari dengan menulis kembali. Untuk Aya', dengan seluruh keberanian.

"Suatu hari aku pasti mati. Tulisanku akan menjadi mantera untuk menghidupkanku kembali."

Ada begitu banyak yang ingin kutulis hingga Desember ini. Begitu banyak kerinduan akan Aya' hingga aku harus mengekangnya. Membuat blog baru yang tak ada Aya' di sana. Aku harus melakukan sesuatu agar tidak "menye-menye" dan kembali ke telapak tangan Aya' atau Xapi. Seandainya mereka tahu betapa kerasnya aku mencoba, tapi tak kubiarkan mereka tahu.

Ini saat-saat terbaikku di mana aku diberi pengajaran yang besar, tentang cinta, logika, kenyataan, moral, persahabatan, sekolah, juga banyak hal lain. Kesedihan tunggal yang sebelumnya kurasa, ternyata tak menghentikanku untuk melangkah jauh meski sendiri.

Itulah rupanya aku jadi lupa jalan pulang. Atau aku tak mau menjadi aku yang dulu. Aku tahu sekarang mana yang lebih kucintai : Aya'/Xapi atau diriku sendiri. Aku tak mau kembali dihargai semurah "selingkuhan" atau "rumah" bagi mereka. Aku ini manusia. Akupun butuh rumah yang bisa membuatku aman dan nyaman. Kalau toh nanti itu kudapatkan dari laki-laki, aku akan menerimanya dengan tangan terbuka dan belajar banyak hal di sana.

Aku harus berterima kasih terhadap begitu banyak hal yang menempaku. Aku tahu akan selalu ada bagian dari diriku yang merindukan dan ingin kembali pada Aya'. Aku tahu dalam hatiku akan selalu ada bintang yang bersinar karena kehadirannya dalam hidupku. Aku tahu aku takkan sampai pada saat terbaikku ini tanpa melewati apa yang terjadi. Fase-fase yang ada telah lengkap kini : denial-anger-bargaining-acceptance. Aku harus melangkah lagi, Ya'. Terima kasih telah begitu mencintaiku meski kau mencintaiku dengan cara yang tak pernah kumengerti. Meski bagiku hanya dirimulah yang kaucintai dalam mencintaiku.

Aku tak bisa mengatakan lebih. Aku telah menahannya selama ini. Aku lebih tahu daripada semua yang mengenalku tentang cintaku padamu. Kulakukan yang terbaik untukmu, kuberikan segalaku untukmu. Terima kasih untuk kenangan-kenangan yang ada.

Aku cinta kamu.

"Aku yang lemah tanpamu, aku yang rentan karena cinta yang tlah hilang darimu yang mampu menyanjungku. Selama mata terbuka sampai jantung tak berdetak, selama itupun aku mampu untuk mengenangmu. Darimu kutemukan hidupku, bagiku kaulah cinta sejati. Bila yang tertulis untukku adalah yang terbaik untukmu, 'kan kujadikan kau kenangan yang terindah dalam hidupku, namun takkan mudah bagiku, meninggalkan jejak hidupku yang tlah terukir abadi sebagai kenangan yang terindah."

Tapi aku bukan tak menangis
Kamu cuma tak tahu, sayang
Banyak cinta yang ditawarkan padamu karena kau rupawan
Sedang aku berenang pada palung sendiri tanpa cahaya matahari
Banyak orang yang rela kau jadikan sandaran
Sedang aku bahkan harus membunuh temanku satu-satu hanya untuk percaya siapa yang dapat dipercaya

Juga ada begitu banyak yang harus kulakukan, mengalir sejalan airmataku

Kamu cuma tak tahu, sayang.


Its tearing up my heart when I'm with you, but when we're apart I feel it, too. So, no matter what I do I feel the pain, with or without you.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar